Rancangan undang-undang akan melarang penggunaan biaya siswa untuk NIL

**Rancangan Undang-Undang Mengguncang Dunia Olahraga Kampus: Biaya Mahasiswa Haram untuk NIL**Dunia olahraga kampus di Amerika Serikat kembali diguncang dengan hadirnya rancangan undang-undang (RUU) baru yang berpotensi mengubah lanskap secara fundamental.

RUU yang diajukan di DPR pada hari Kamis ini, menawarkan perlindungan antitrust terbatas bagi NCAA (National Collegiate Athletic Association), organisasi yang mengatur olahraga kampus di AS, sekaligus melarang penggunaan biaya mahasiswa untuk mendanai program atletik kampus, termasuk pembayaran untuk *Name, Image, and Likeness* (NIL) para atlet.

Ini adalah momen krusial.

Selama bertahun-tahun, NCAA telah berjuang melawan tuntutan hukum antitrust, yang mempertanyakan batasan ketat yang mereka terapkan pada kompensasi atlet.

RUU ini menawarkan jalan tengah, dengan memberikan perlindungan terbatas dari tuntutan hukum, namun dengan syarat yang signifikan.

Inti dari RUU ini adalah larangan penggunaan biaya mahasiswa untuk program atletik.

Selama bertahun-tahun, biaya mahasiswa telah menjadi sumber pendanaan yang kontroversial untuk program atletik, terutama di universitas-universitas yang lebih kecil dan kurang populer.

Para kritikus berpendapat bahwa mahasiswa yang tidak berpartisipasi dalam olahraga dipaksa untuk mensubsidi program yang sering kali menguntungkan hanya segelintir atlet.

Larangan ini akan memaksa universitas untuk lebih bergantung pada pendapatan dari tiket, sponsor, dan donasi.

Ini berpotensi menyebabkan pengurangan anggaran untuk beberapa program atletik, terutama yang kurang menguntungkan.

Namun, yang paling menarik adalah implikasi terhadap NIL.

Sejak NCAA mengubah aturannya untuk memungkinkan atlet memperoleh kompensasi atas nama, citra, dan kemiripan mereka, dunia olahraga kampus telah mengalami transformasi besar.

Atlet sekarang dapat menandatangani kesepakatan dukungan, mendapatkan bayaran untuk penampilan di media sosial, dan bahkan meluncurkan merek mereka sendiri.

RUU ini secara efektif melarang universitas menggunakan biaya mahasiswa untuk memfasilitasi atau mendanai kesepakatan NIL.

Ini berarti universitas tidak dapat secara langsung membayar atlet untuk menggunakan nama dan citra mereka, atau mendanai kolektif NIL yang mengumpulkan uang untuk atlet.

Sebagai seorang pengamat olahraga yang telah menyaksikan evolusi dunia olahraga kampus selama bertahun-tahun, saya percaya bahwa RUU ini memiliki potensi untuk menstabilkan lanskap yang saat ini sangat fluktuatif.

Perlindungan antitrust terbatas untuk NCAA dapat membantu organisasi tersebut mengatasi tuntutan hukum yang mahal dan fokus pada penegakan aturan.

Larangan penggunaan biaya mahasiswa untuk program atletik dapat membantu meredakan keluhan tentang subsidi silang dan memastikan bahwa program atletik didanai secara berkelanjutan.

Namun, ada juga potensi konsekuensi yang tidak diinginkan.

Larangan penggunaan biaya mahasiswa untuk NIL dapat membuat universitas lebih sulit untuk bersaing dalam merekrut atlet top.

Universitas dengan anggaran atletik yang lebih kecil mungkin akan kesulitan untuk menarik dan mempertahankan atlet berbakat, yang dapat menyebabkan kesenjangan yang lebih besar antara “yang kaya” dan “yang miskin” di dunia olahraga kampus.

Pada akhirnya, keberhasilan RUU ini akan bergantung pada bagaimana NCAA dan universitas merespons perubahan yang diamanatkannya.

Jika mereka dapat beradaptasi dan menemukan cara baru untuk mendanai program atletik mereka sambil memastikan bahwa atlet diperlakukan secara adil, maka RUU ini dapat menjadi langkah positif bagi masa depan olahraga kampus.

Namun, jika mereka gagal beradaptasi, maka RUU ini dapat menyebabkan kekacauan dan ketidakpastian yang lebih besar.

Waktu akan menjawab.